Friday, February 28, 2014

Mengubah kgf/cm2 menjadi N/m2



Oleh
Helmi Abdulgani


Mari kita mulai dengan kilogram (kg). Kilogram adalah unit massa, bukan unit gaya. Sedangkan Newton adalah unit gaya  (kg m/s2 ). Unit (kg m/s2 ) asalnya dari Hukum Newton tentang Gaya, yaitu
F=ma                                                     (1)
m          adalah massa benda (kg)         dan      a      adalah percepatan (m/s2)
Jadi jika kita mempunyai sebuah benda dengan massa 1kg, bergerak dengan percepatan 1 m/s2  ( perhatikan bukan kecepatan)   maka gaya yang bekerja pada benda tersebut adalah massa x percepatannya. Dan itu adalah

F (N)= 1kg x 1 m/s2 =1 kg m/s2  maka  1 N= 1 kg m/s2

Mari kita kembali lagi ke (kg). Seperti  yang sudah kita katakan diatas  “kg” ini bukanlah unit gaya. Sedangkan yang kita bicarakan sekarang adalah gaya. Untuk menyatakan kg dalam bentuk gaya maka ditambah keterangannya didepan kg menjadi kg force (kgf). Artinya 1 kgf adalah gaya yang bekerja pada massa 1kg dengan percepatan sebesar gaya grafitasi bumi 9.8 m/s2. Jika kita menggunakan unit gaya Newton, pada persaman F=ma maka:

F= 1 kg x 9.8 m/s2 = 9.8 kg m/s2  =9.8 N  jadi

1 kgf= 9.8 N                                        (2)

Jadi gaya 1 kgf adalah sama dengan gaya sebesar 9.8 Newton
Sekarang kita akan maju selangkah lagi yaitu kita masuk ke masaalah tekanan  yang didefinisikan sebagai gaya per unit area.
Dari persamaan (2) kita dapat melihat bahwa  1 kgf= 9.8N, untuk mengubah unit gaya ini menjadi unit tekanan maka kita harus membagi persamaan ini dengan unit area (m2) maka kita dapatlah

         1 kgf/m2= 9.8 N/m2                         (3)
Tetapi                       1 kgf/m2 = 1kgf/10000 cm2=9.8N/m2        (ingat 1m2=10,000 cm2)

Kesimpulannya:       
                                1kgf/cm2=98,000 N/m2 (4)

Mari kita gunakan persamaan ini untuk mengkonversi nilai-nilai tekanan dalam kgf/cm2 menjadi N/m2
12 kgf/cm2 = 98,000 x 12 N/m2= 1,176,000 N/m2 = 1.17 GN/m2    dan G=Giga=1juta
20  kgf/cm2=1.96GN/m2
28 kgf/cm2 =2.74GN/m2
35 kgf/cm2=3.43GN/m2

Mudahkan saya harap Anda semua dapat mengerti dan menggunakannya dengan baik.

Wednesday, February 26, 2014

Memahami thermal konduktivitas zat padat dan cara pengukurannya



Oleh
Helmi Abdulgani

Kita tau berdasarkan pengalaman bahwa bila sepotang kawat logam dipanaskan pada satu ujungnya, tidak berapa lama kemudian ujung lainnya akan terasa panas juga. Berbeda dengan kawat logam, sepotong tongkat kayu yang dipanaskan ujungnya, sama seperti pada kawat logam, ujung lain tidak akan terasa panas. Kenapa ada perbedaan seperti ini, apa  yang membedakan besi dengan dan kayu dalam dalam hal ini.
Mari kita lihat lebih jauh. Pada saat kita memanaskan satu ujung kawat logam, ujung lainnya juga menjadi panas. Artinya panas dari satu  ujung mengalir ke ujung lainnya, sedangkan pada tongkat kayu hal itu tidak terjadi. Sifat apa yang dimiliki oleh logam sehingga panas dapat mengalir dari satu  ujung ke ujung yang lain. Kenapa tongkat kayu tidak memiliki sifat yang dimiliki oleh logam?
 Sebenarnya petanyaan  itu tidak tepat, karena dalam tongkat kayupun terjadi aliran panas, hanya saja aliran panas dalam tongkat kayu tidak sebaik aliran panas dalam logam, sehingga ujung tongkat kayu tidak terasa panas sedangkan ujung kawat lagam terasa panas. Dalam hal ini kita dapat mengatakan bahwa logam mempunyai sifat penghantara panas yang baik sedangkan kayu dan sejenisnya tidak.
Penyelidikan lebih lanjut menunjukkan bahwa setiap material memiliki sifat rambatan panas yang berberda, tetapi pada umumnya semua logam mempunya sifat hantar panas yang baik, sedang non logam mempunyai sifat hantaran panas yang jelek.
Apakah sifat hantaran panas ini dapat diukur atau tidak? Ya,  tentu saja sifat hantaran panas ini dapat diukur diquantifikasikan.
Pada tahun 1822, Fourier, seorang Ilmuan Perancis mempostulasikan bahwa kecepatan hantaran panas per unit penampang area dalam suatu bahan berbanding lurus dangan tempertur gradian yang terjadi didalam bahan tersebut. Jika diformulasikan dalam bentuk rumus thermodinamika, dapat dituliskan sebagai berikut
Q/A  α Ñ(T)                                                                      (1)
Dimana
Q             = Jumlah panas yang mengalir dalam bahan
A             = luas penampang bahan
Α             = simbol proposionalitas
Ñ(T)        = tempertur gradian
Dalam hal aliran panas terjadi dalam satu arah Ñ(T) dapat ditulis dalam bentuk sederhana
                                                                     Ñ(T)= (T1-T2 )/L                                                                (2)

Sehingga persamaan (1) di atas dapat ditulis dalam bentuk lain:
                                                                   Q  α A (T1-T2 )/L                                                                  (3)
Apabila kita menggantikan tanda proposional α dengan tanda sama dengan (=) maka peramaan (3) dapat dituliskan menjadi:
                                                                  Q = kA (T1-T2 )/L                                                                  (4)
k   = thermal adalah apa yang disebut dengan thermal konduktivitas bahan
A  = Luas permukaan bahan yang dilalui oleh energi panas secara tegak lurus
T1 = Temperatur pada permukaan pertama
T2 = Temperatur pada permukaan ke dua
L   = Tebal bahan searah dengan aliran panas
.
Apakah unit dari k  itu? Nah untuk menjawab pertanyan ini kita harus menulis persamaan (4) dalam bentuk lain seperti berikut ini 
                                                                 k=(Q/A)/(T1-T2 )/L                                                               (8)
dimana
Q/A                         di sebut heat flux dengan  unit (watt/m2)
(T1-T2 )/L                disebut temperatur gradian dengan unit Kalvin/m (K/m)
Sehingga jika unit-unit ini disubstitusikan dalam persaman  diatas didapatlha unit thermal konduktivitas  k sebagai Watt/m-K
Thermal konduktivitas adalah sifat thermal material yang paling dikenal. Sifat ini menyatakan kemampuan suatu bahan dalam hal penghantaran panas. Thermal konduktiviatas adalah juga sifat absolut material artinya dia tidak tergantung pada ukuran dan bentuk. Selembar karet dengan ketebalan 0.1 mm mempunyai thermal konduktivitas yang sama dengan yang berketebalan 10mm.
Jadi themal konduktivitas (k) didefinisikan sebagai kecepatan aliran panas per luas penampang (heat flux) dalam kondisi study state per unit tempertur gradian dalam arah tegaklurus pada area penampang.
Jadi usaha untuk menentukan thermal konduktivitas suatu bahan selalu berhubungan pengukuran heat flux dan pengukuran tempeatur gradian .  Temperatur gradian dapat diukur dengan mudah, yang sulit hanya pada pengukuran heat flux dimana kita  harus betul-betul menjaga agar  tidak ada panas yang masuk dan keluar dari dalam sampel  selain dari arah yang  kita inginkan. Pada dasarnya teknik pengukuran heat flux di bagi dua. Bila heat flux diukur secara lansung maka proses ini disebut proses  pengukuran  absolute. Dan bila heat flux didapat dengan cara tidak langasun,  maka proses ini disebut proses pengukuran comparative.
Dalam kedua kasus ini heat flux harus mengalir dalam satu arah di dalam bahan yang ditest.Jadi dengan kata lain kehilangan panas, ataupun penyerapan panas  ke dan dari arah radial harus seminimal mungkin. Untuk temperatur sedang, hal ini dapat dilakukan dengan memasang isolasi disekeliling sample yang diuji. Sedangkan pada temperatur  tinggi dimana pemasangan bahan isolasi sulit dilaksanakan dan juga tidak eficient, temperatur kontrol “guard” harus dipasangkan sedemikian rupa sehingga temperatur gradian dari  guard sama dengan  temperature gradian sample yang thermal konduktivitasnya mau kita tentukan. Dengan ini engergi panas yang mengalir ke arah radial silinder sampel dapat diminimalisir.
Bentuk sampel yang disiapkan untuk pengetesan ditentukan oleh berapa besar thermal konduktivitas bahan yang hendak diukur. Bila thermal konduktivitas bahan yang ditest besar, maka sampelnya harus panjang (seperti silinder misalnya), sedangkan bila themal konductivitasnya kecil, ketebalan sampel yang tipis saja (seperti piring) sudah memadai. Panjang, pendek sampel ini tujuannya agar gradian temperatur dapat dilihat dengan jelas. Bila thermal konduktivitas bahan besar, dan sampelnya tipis, maka perbedaan temperatur antara satu permukaan dan permukaan yang lain tidak akan kelihatan jelas. sedangkan jika thermal konduktifitasnya kecil sampel  yang tipis saja sudah cukup untuk membaca gradian temperatur.
Berikut  ini kita akan mempelajari beberapa cara pengukuran themal konduktivitas. Ada dua sistim pengukuran thermal konduktivitas, yaitu sistim pengukuran steady state dan system pengukuran transient. Pada pengukuran steady state temperature sampel hanya ditentukan oleh lokasi  titik tersebut di dalam sample, waktu tidak mempengaruhi temperatur sampel. Kelemahan sistim pengukuran steady state ini adalah bahwa kita membutuhkan waktu yang lama menunggu temperature sampel mencapat titik keseimbangan, yaitu keadaan dimana temperature sample hanya bergantung pada posisi saja dan tidak lagi pada waktu. Set up equipment sehingga mencapai temperatur steady state juga sulit. Sedangkan keuntungnya adalah hasilnya sangat mudah di dapat dan dianalisa.
Pada sistim transient, kita tidak perlu menunggu lama, karana kita dapat mengambil data langsung pada saat itu, sampel tidak perlu mencapai kondisi steady state.  Hanya saja prosedur penganalisaan  data pada sistim ini untuk memperoleh suatu nilai themal konduktivias, jauh lebih rumit.   
Ada beberapa cara untuk mengukur thermal konduktivitas
1.       Absolute Axial flow method
Absolute exial flow method didasarkan pada pengukuran energy listrik yang terpakai. Dalam  proses menentukan besarnya energi listrik yang harus disediakan untuk untuk menjaga sampel spacimen tetap dalam keadaan steady state. Pada metode ini sampel diapit diantara heater element dan cooling element. Energy yang mengalir dalam sampel dapat diketahui dengan membaca besarnya arus listrik dan t egangannya yang diperlukan  untuk menjaga sistim tetap dalam keadaan steady state. Temperatur gradian dapat diukur dengan mudah, dan tebal, dan penampang  bahan diketahui maka  k dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan.
                                                                k=(Q/A)/(T1-T2 )/L
2.       Comparative  cut bar methode (ASTM 1225)
Pengukuran dengan cara comparative cut bar methode  ini pada dasarnya sama dengan sistim pengukuran cara absolute axial flow method, hanya saja bahan yang akan ditentukan thermal kondutivitasnya diapit atas bawah oleh dua bahan lain (dengan panjang, dan diameter sama dengan sampel) dimana  thermal konduktivitasnya diketahui.  Persamaan yang dipakai untuk mendapatkan thermal konduktivitasnya sedikit berbeda. Yaitu:
ks= kr (ΔTr1+ΔTr2)/2ΔTs
dimana
ks             adalah thermal konduktivitass sampel yang ingin ditententukan.
kr             adalah thermal konduktivitas bahan referensi
ΔTr1               adalah temperatur gradian dari bahan referensi pertama
ΔTr2             adalah temperatur gradian dari bahan referensi ke dua.
 ΔTs             adalah temperatur gradian dari bahan yang di cari themal konduktivitasnya     
 



Sebenarnya ada tiga method pengukuran lagi selain method yang telah kita bahas di atas yang lazin digunakan juga yaitu method guarded heat flow meter (ASTM E1530),  method guarde  hot plate (ASTM C177) dan method  hot wire (ASTM C1113),  sistim –sistim pengukuran yang disebut belakangan akan kita bicarakan pada halaman –halaman lain.
Sekian

Sunday, February 23, 2014

Perlite konkrit blok untuk bottom Cryogenics tank support


Perlite konkrit blok untuk bottom cryogenic tank support

Oleh
Helmi Abdulgani



Perlite  adalah batuan silika yang berasal dari magma gunung berapi yang mengandung empat mineral utama dengan komposisi silikon dioksida (SiO2) 72-75 %, alumina (Al2O3) 11-14%,  sodium  oksida (Na2O) 2.8-4.3 %, dan potasium Oksida (K2O) 4.8-5.7 %. Selebihnya ferric oksida (Fe2O3), calsium oksida (CaO) dan magnesium oksida (MgO) merupakan trace element dengan komposisi  rendah.  
Ketika pasir Perlite, dengan ukuran grain tertentu, dipanaskan  seketika sehingga mencapai temperature di atas 870 oC, pasir perlite ini akan mengembang  4  sampai 20 kali ukuran aslinya. Pengembangan ini terjadi karena di dalam inti setiap pasir perlite terdapat 2-6 % hydrated water. Air ini dengan seketika berubah menjadi uap dan membentuk gelembung-gelembung kecil di dalam bola gelas perlite. Ruangan kosong yang dihasilkan oleh uap air yang terkurung dalam bola-bola gelas perlite ini, memberikan sifat thermal isolasi yang amat baik dan memiliki berat yang ringan sekali. Tepung perlite ini dapat diklasifikasikan sebagai material inert (tidak bereaksi dengan bahan lain) dan mempunyai pH mendekati 7 setara dangan pH air murni.
Tepung Perlite memiliki kharakteristik isolasi yang sangat baik pada temperature sangat rendah sampai ke temperature yang sangat tinggi. Sebagi contoh, tepung perlite adalah bahan yang paling sering digunakan sebagai bahan isolasi pada tangki-tangki dinding ganda pada penyimpanan gas cair, seperti pada tangki penyimpan LNG, tangki penyimpanan  nitrogen cair, pada tangki penyimpan amonia, dan juga pada tangki penyimpanan gas oxygen dimana temperaturnya mencapai  -240 oC.

Perlite konkrit blok

Penggunaan perlite concrate block dalam bentuk ring beam pada base dinding tanki sebelah dalam bertujuan untuk memesahkan ground base dengan dasar tangki itu sendiri.Alasan penggunaan perlite block ini adalah karena perlite block memiliki termal konduktivitas rendah, mempunyai kemampuan untuk menahan beban yang besar, dan juga memiliki kemampunan yang baik dalam menahan gaya seismic. Perlite concrete block yang digunakan untuk ini biasanya harus memiliki compressive strength antara 20-50 kgf/cm2.
Perlite concrete block ini dibuat dengan cara mencampurkan tepung  perlite, semen portland dan air dalam perbandigan tertentu, ditambah sedikit air entraining agent (foaming agent) sehinga menghasilkan concrete blok dengan density rendah, berkekuatan tinggi, dan mempunyai thermal konduktivitas yang rendah. Dengan sifat-sifat seperti ini perlite konkrit blok sangat cocok untuk digunakan sebagai support base pada konstruksi tanki-tanki  cryogenic.  Sifat-sifat fisik  perlite konkrit blok sangat ditentukan oleh perbandingan mixnya dan cara pengadukannya dan cara memeliharannya (curing)  Perlite konkrit blok dapat diproduksi  dari yang mempunyai  dry density 320 kg/m3  sampai dengan 1440 kg/3 dengan menaikkan persentase, semennya. Perlu diingat bahwa semakin kecil density perlite konkrit blok, makin kecil pula thermal konduktivitasnya, sehingga  daya isolasinya bertambah besar.

Pada umumnya perlite concrete block diproduksi dengan memperhatikan keseimbangan antara thermal konduktivitas dan  compressive strength. Artinya perbandingan antara semen, perlite powder dan foaming agent dipilih sedemikian rupa sehingga compressive strength dan thermal konduktivitas sesuai dengan yang diinginkan. Jika semennya diperbanyak, maka density , compressive strength dan thermal kondutivitasnya akan naik. Sebaliknya bila semennya diperkecil, maka density , compressive strength dan thermal kondutivitasnya akan turun pula.   

Campuran 1:6 (satu bagian volume Portland cement dan 6 bagian volume perlite powder) dipilih untuk menghasilkan density 380-480 kg/m3. Pada density ini, thermal conductifity  ( k- factor) yang dihasilkan berkisar antara 0.085 – 0.095 (Watt/m-K ) dan compressive strength berkisar antara  6.5-7.5  kPa.


Sifat-sifat fisik perbandingan campuran untuk perlite concrete block (typical)

Rasio Semen:Perlite (Volume)
Semen (liter)
Perlite(liter)
Air (liter)
Air Entraining Agent
1:4
191
764
231
(a)
1:6
127
764
204
(a)
1:8
96
764
189
(a)


Sifat-sifat fisik (typical)

Rasio Semen:Perlite (Volume)
Dry Density (kg/m3)
Compressive strength (kPa)
Wet Density (kg/m3)
K-Value (watt/m-K)
1:4
580-675
>14
770-900
0.144
1:6
380-480
>6
610-705
0.084
1:8
290-380
>4
545-640
0.074


Catatan:

(a)
Air Entraining Agent (Foaming Agent)

Air Entraining agent penting sekali dalam proses pembuatan konkrit perlite. Penggunaaan air entraining agent dengan kadar yang tepat amatlah penting. Foaming agent  adalah semacam sabun, yang dapat menghasilkan gelembung kecil udara yang sangat banyak dalam konkrit mix sehingga dapat mengurangi density konkrit perlite  blok dan juga memperkecil termal konduktivitas. Gelembung-gelembung kecil  udara ini, dapat juga membantu mencegah terjadinya keretakan dan kerusukan dari freeze/thaw cycle. Gelembung-gelembung ini mampu menyerap efek pemuaian dan penyusutan konkrit.

Tujuan utama penambahan foaming agent  adalah untuk mendapat koncrate mix dengan kandungan udara sekitar 8-15 %,  hanya itu

Ada beberapa product yang dapat digunakan dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Diantaranya adalah
Siponic-liquid  dari pabrik Alcolac
Micro Air dari BASF
AG-Hostapur OS dari Clarant
Airalon Range, Daravair Range, Darex Range dari pabrik Grace Construction Product

Perlu diingat bahwa produk-produk diatas hanya untuk contoh saja.Merek-merek lain juga boleh asalkan hasil akhirnya 8-15% kandungan udara dalam mix.


http://www.schundler.com/cryoconblocks.htm
http://www.irperlite.ir/en/index.php/building-blocks-of-lightweight-and-super-lightweight-perlite