Wednesday, March 5, 2014

Mengenal Kekuatan Bahan (Compressive Strength)

Oleh
Helmi Abdulgani

Compressive strength suatu meterial adalah kemampuan material itu untuk mempertahan keutuhannya  di bawah tekanan. Artinya berapa besar tekanan yang dapat diterima oleh material itu sebelum ia hancur sehinga tidak dapat digunakan lagi sebagaimana yang diperuntukkannya. Tekanan maksimum yang dapat diterima oleh suatu material sebelum kehancurannya disebut compressive strength dari material tersebut.  

Kebanyakan  material , terutama yang bersifat rapuh, seperti concrete, kaca, ceramic, dan lainnya, akan hancur bila dibebani dengan tekanan mencapai limit compressive strength,  tetapi ada juga yang hanya berubah bentuk secara  permanen, yaitu tidak kembali ke bentuk asalnya  terutama material-material yang bersifat kenyal seperti logam dan plastik.

Jadi untuk material yang rapuh,  compressive strengthnya dapat  didefinisikan sebagai suatu nilai tekanan dimana pada tekanan tersebut material yang besangkutan akan hancur sepernuhnya. Sedangkan untuk material yang kenyal , compressive strength didefinisikan sebagi suatu  nilai tekanan di mana  pada tekanan tersebut,  nilai strain  yang diizin telah tercapai.

Ada berbagai unit compressive stength yang biasa digunakan, tetapi yang paling sering kita jumpai adalah psi, kgf/cm2, Pa . Kita dapat saling mengconversikan unit yang satu denga unit yang lainnya seperti berikut ini
1 psi=0.0703 kgf/cm2= 6894.7573 Pa.
1 kgf/cm2=14.22psi=98,076 Pa
Berdasarkan referensi ini kita dapat mengubah unit psi ke  unit kgf/cm2 atau ke Pa dengan mudah.
Contoh:                25kpsi = 25,000 psi= 25,000 x 0.0703 kgf/cm2=1,757.50 kgf/cm2
                            25 kpsi= 25,000 psi=25,000 x 6894.7573 Pa=172.37 MPa (Mega Pascal)

Apa yang terjadi ketika kita membebabani suatu material?

Pengalaman menunjukkan bahwa bila kita menarik suatu material, karet misalnya, maka karet itu akan memanjang. Dan ketika kita melepaskannya  maka ia  akan kembali ke bentuk semua. Begitu juga sebaliknya apabila kita menekan suatu batang karet, dia akan menjadi lebih pendek dan apabila kita lepaskan akan kembali ke panjang semula. Keadaan kembalinya ke keadan semula ini  hanya dapat terjadi apabila tekanan atau  tegangan yang kita kenakan masih dalam batas limit elastisitas dari material tersebut. Kalau tekanan atau  tegangan yang kita bebankan melebihi limit elastisitas maka material tersebut tidak akan kembali ke bentuk semula, material tersebut akan berubah bentuk untuk selamanya.Pemanjangan dan pemendekan dari suatu material dibawah tekanan atau tegangan disebut  “strain” .Pemanjangan disebut strain positive,Sedangkan pemendekan disebut strain negative .

Besarnya strain ini sangat tergantung dari jenis material dan besarnya tekanan atau tegangan  yang diaplikasikan. Hubungan antara  stress dan strain  suatu material ditentukan oleh  Young Modulus (E) dari material tersebut. Setiap material mempunya nilai Young Modulus yang berbeda . Young modulus  adalah salah satu dari sifat material yang dapat membedakan antara material satu dengan yang lainnya. Jadi bila suatu material, dimana density, bentuk dan rupanya sama (tidak dapat dibedakan), maka  salah satu cara untuk mengetahui apakah material itu sama atau tidak adalah dengan mengukur  Young Modulusnya. Jika Young Modulus material itu sama, berarti material itu adalah material yang sama, tetapi bila tidak material itu adalah material yang berbeda. Besi  misalnya mempunyai Young modulus 28.5 Mpsi, Aluminium 10 Mpsi, tembaga 17Mpsi, concrete 17Gpa, kaca 60 Gpa.Istilah lain untuk Young Modulus adalah Modulus of Elasticity. Material dengan Young Mudulus berbeda akan memanjang atau memendek dengan harga yang berbeda pula.

Material dengan Young Medulus kecil akan memanjang lebih besar dari pada material dengan  Young Modulus  besar, begitu juga sebaliknya. Besi bila dibenani  akan memendek jauh lebih sedikit dibandingkan dengan karet yang dibebani dengan beban yang sama besar. Sebagai contoh , karet akan memiliki strain yang lebih besar dibandingkan dengan strain yang terjadi pada kawat karena karet memiliki Young moudulus yang lebih kecil dibandingkan dengan Young modulus kawat.Compressive strength biasanya diukur dengan menggunakan Universal Testing Machince,  sama seperti equipement yang digunakan untuk mengukur Tensile strength.
      
Nilai compressive strength yang didapat dari hasil pengukuran,  tergantung pada banyak hal. Yang paling penting diantaranya adalah bentuk speciment dan kecepatan muatan tegangan. Misalnya untuk pengetesan compressive strength concrate, ada dua bentuk specimen yang digunakan. Di Amerikan dan Jepang digunakan bentuk speciment cilinder dengan diameter 15cm dan panjang 30cm. Sedangkan di Ingris dan Negara Eropah lainnya menggunakan specimen kubus dengan ukuran 15cm x 15cmx 15cm. Tenyata jika sample silider dan sampel  kubus dibuat dari sampel material yang sama, maka hasil testnya akan menunjukan harga yang berbeda. Dari hasil mengujian menujukkan bahwa compressive strength dari speciment kubus lebih rendah dari compressive strength speciment silider. Maka dari sudut pandang keamanan konstruksi,  hasil pengetesan dengan specimen kubus lebih diminati dari pada hasil pengetesan speciment bentuk silinder.     

Seperti sudah kita sebutkan di atas, bahwa kecepatan kenaikan tegangan juga berpengaruh pada hasil compressive strength yang didapat. Makin cepat kenaikan tegagan makin kecil compressive strength yand didapat.

 Ada dua cara untuk mengatur kecepatan kenaikkan tegangan   yaitu  dengan:
1.        dengan menaikkan tegangan dengan kecepatan tetap seperti pada mesin test berbasis hidrolik.
2.       dengan  kecepatan pertambahan strain yang tetap seperti pada mesin berbasis screw.
Peda pengetesan Compressive strength concrete kecepatan kenaikan gaya biasanya dipilih 500 lbf/sec.
Sebagai tambahan pada apa yang sudah diterangkan diatas daya ketahanan sampel concrate juga  dipengaruhi oleh berbagai hal yang lain. Diantaranya cara penyiapan bahan , mix design,  cara pemeliharaan sampel,  dan  juga jenis dan jumlah admixture yang digunakan. Admixture ini bertujuan untuk megurangi penggunaan air , karena kekuatan concrete berbanding terbalik dengan jumlah air yang digunakan. Jadi kalau jumlah air dapat kita kurangi maka kekuatan conrate dapat di naikkan. Tetapi banyaknya air yang dapat dikurangi hanya sampai pada batas-batas tertentu. Kita tidak dapat mengurangi air terus menerus sehingga  workability tidak memungkinkan lagi. Artinya concrete susah dibentuk. Disinilah fungsi admixture, yaitu memperbesar  workability  walaupun airnya dikurangi .Memang admixture juga akan mengurangi kekuatan bahan , karena ia akan menciptakna pori-pori dalam concrete ,tetapi pengurangan kekuatan itu tidak seberapa apabila dibandingkan dengan pengurangan kekuatan akibat penambahan jumlah air yang harus digunakan untuk memudahkan pengerjaan.

No comments:

Post a Comment